MAKALAH ANALISIS DAMPAK DAN PENANGGULANGAN PENCEMARAN LAUT

PENDAHULUAN Daerah pesisir merupakan salah satu dari lingkungan perairan yang mudah terpengaruh dengan adanya buangan limbah dari darat. Wilayah pesisir yang meliputi daratan dan perairan pesisir sangat penting artinya bagi bangsa dan ekonomi Indonesia. Wilayah ini bukan hanya merupakan sumber pangan yang diusahakan melalui kegiatan perikanan dan pertanian, tetapi merupakan pula lokasi bermacam sumberdaya alam, seperti mineral, gas dan minyak bumi serta pemandangan alam yang inda, yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia, perairan pesisir juga penting artinya sebagai alur pelayaran. Di daratan pesisir, terutama di sekitar muara sungai besar, berkembang pusat-pusat pemukiman manusia yang disebabkan oleh kesuburan sekitar muara sungai besar dan tersedianya prasarana angkutan yang relatif mudah dan murah, dan pengembangan industri juga banyak dilakukan di daerah pesisir. Jadi tampak bahwa sumberdaya alam wilayah pesisir Indonesia telah dimanfaatkan secara beranekaragam. Namun perlu diperhatikan agar kegiatan yang beranekaragaman dapat berlangsung secara serasi. Suatu kegiatan dapat menghasilkan hasil samping yang dapat merugikan kegiatan lain. Misalnya limbah industri yang langsung dibuang ke lingkungan pesisir, tanpa mengalami pengelohan tertentu sebelumnya dapat merusak sumber daya hayati akuatik, dan dengan demikian merugikan perikanan. Lingkungan pesisir terdiri dari bermacam ekosistem yang berbeda kondisi dan sifatnya. Pada umumnya ekosistem kompleks dan peka terhadap gangguan. Dapat dikatakan bahwa setiap kegiatan pemanfaatan dan pengembangannya dimanapun juga di wilayah pesisir secara potensial dapat merupakan sumber kerusakan bagi ekosistem di wilayah tersebut. Rusaknya ekosistem berarti rusak pula sumberdaya di dalamnya. Agar akibat negatif dari pemanfaatan beranekaragam dapat dipertahankan sekeci-kecilnya dan untuk menghindari pertikaian antar kepentingan, serta mencegah kerusakan ekosistem di wilayah pesisir, pengelolaan, pemanfaatan dan pengembangan wilayah perlu berlandaskan perencanaan menyeluruh dan terpadu yang didasarkan atas prinsip-prinsip ekonomi dan ekologi. Pencemaran Wilayah Pesisir Perairan wilayah pesisir umumnya merupakan perangkap zat-zat hara maupun bahan-bahan buangan. Oleh karena itu pemanfaatan ganda yang tidak direncanakan dengan cermat akan menimbulkan masalah lingkungan yang berhubungan dengan bahan buangan. Sampah organic dari kota, sisa-sisa pestisida dan pupuk pertanian, bahan buangan industri dan sebagainya, akan terbawa aliran air sungai dan pada akhirnya akan mencapai perairan wilayah pesisir. Jika dilihat dari sumber (asal) kejadiaanya, jenis kerusakan lingkungan ada yang dari luar system wilayah pesisir dan juga dari dalam wilayah pesisir itu sendiri. Pencemaran berasal dari limbah yang dibuang oleh berbagai kegiatan pembangunan (seperti tambak, perhotelan, pemukiman dan industri) yang terdapat di dalam wilayah pesisir, dan juga berupa kiriman dari berbagai kegiatan pembangunan di daerah lahan atas. Secara garis besar gejala kerusakan lingkungan yang mengancam kelestarian sumberdaya pesisir dan lautan di Indonesia yaitu : pencemaran, degradasi fisik habitat, over eksploitasi sumberdaya alam, abrasi pantai, konservasi kawasan lindung menjadi peruntukan pembangunan lainnya dan bencana alam. Sumber pencemaran perairan pesisir biasa terdiri dari limbah industri, limbah cair pemukinan (sewage), limbah cair perkotaan (urban stormwater), pelayaran (shipping), pertanian, dan perikanan budidaya. Bahan pencemar utama yang terkandung dalam buangan limbah tersebut berupa: sediment, unsure hara (nutriens), logam beracun (toxic metals), pestisida, organisme eksotik, organisme pathogen, sampah dan oxygen depleting substances (bahan-bahan yang menyebabkan oksigen yang terlarut dalam air laut berkurang). Bahan pencemar yang berasal dari berbagai kegiatan industri, pertanian, rumah tangga di daratan akhirnya dapat menimbulkan dampak negatif bukan saja pada perairan sungai tetapi juga perairan pesisir dan lautan. Dampak yang terjadi kerusakan ekosistem bakau, terumbu karang, kehidupan dari jenis-jenis biota (ikan, kerang, keong), terjadi abrasi, hilangnya benih banding dan udang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terhadap bahan-bahan yang akan dibuang ke perairan, termasuk perairan wilayah pesisir yaitu : 1. Macam, sifat, banyaknya dan kontinuitas bahan buangan; 2. Kemampuan daya angkut dan pengencer perairan yang berkaitan dengan kondisi oseanografi setempat; 3. Kemungkinan interaksi antara sifat-sifat kimia dan biologi bahan buangan dengan lingkungan perairan. . 4. Pengaruh bahan buangan terhadap kehidupan dan rantai makanan; 5. Proses degradasi dan perubahan biogeokimia; 6. Prognose terhadap jumlah dan macam tambahan bahan pencemar di hari depan; 7. Faktor-faktor lain yang khas. Perlu juga diperhatikan kemungkinan terjadinya proses saling menunjang atau proses saling menetralkan antara dampak bahan pencemar yang telah ada dengan bahan pencemar yang masuk kemudian. Oleh karena itu penting diketahui sifat fisik kimia bahan pencemar maupun perairan, dan kemungkinan terjadinya peningkatan pencemaran serta perusakan lingkungan. Untuk mempertahankan kelestarian daya guna perairan wilayah pesisir, kebiasaan menggunakan perairan sebagai tempat pembuangan sampah dan bahan buangan industri perlu diatur berdasarkan peraturan perundangan. Bahan buangan yang beracun perlu diberi perlakuan (treatment) terlebih dahulu sebelum dibuang ke perairan, dan perairan tempat pembuangan harus mempunyai kondisi oseanografi yang memadai,. Industri-industri yang mutlak harus didirikan di wilayah pesisir wajib memproses bahan-bahan buangan untuk keperluan lain, sehingga dengan demikian dampak terhadap lingkungan dapat dibatasi. Jenis dan Sumber Bahan Pencemar Laut merupakan tempat bermuaranya aliran-aliaran sungai yang membawa berbagai jenis sampah dan bahan pencemar dari daratan. Laut juga merupakan tempat pembuangan langsung sampah atau limbah dari berbagai aktifitas manusia dengan cara yang murah dan mudah. Dengan demikian maka di laut akan dijumpai berbagai jenis sampah dan bahan pencemar. Berdasarkan review dari berbagai sumber, diketahui ada berbagai jenis bahan pencemar di laut beserta sumbernya, seperti terlihat pada tabel 1 berikut ini : Tabel 1. Jenis dan Sumber Bahan Pencemar di Laut (sumber : Dikutip dari berbagai literatur) No Bahan Pencemar Contoh Sumber 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pestisida Sulfaktan Logam-Semi logam Buangan Thermis Sampah Rumah tangga & industri Limbah organik industri Sedimentasi Minyak Zat Kimia Herbisida, insektidsida, fungisida Deterjen, air sisa cucian, Merkuri, Raksa, Arsen, Scelenium, Cadmium, Tembaga, dll. Air panas Plastik, kotoran manusia, sisa makanan, botol, kaleng, dll. Serbuk gergaji, kulit kayu Lumpur/pasir Tumpahan/buangan minyak Sianida Lahan pertanian, semprotan nyamuk Rumah tangga, pasar, res-toran, dll. Pabrik tekstil, cat, baterei, Air pendingin mesin dari PLTD/PLTU/Kapal/Pabrik. Rumah tangga, Industri, Industri meubel, playwood, dll Erosi, Penambangan Pengeboran, kapal, dll. Penangkapan ikan karang Dahuri dan Damar (1994), menyatakan bahwa bila ditinjau dari daya urainya maka bahan pencemar pada perairan laut dapat dibagi atas dua jenis yakni: 1. Senyawa-senyawa konservatif, yang merupakan senyawa-senyawa yang dapat bertahan lama di dalam suatu badan perairan sebelum akhirnya mengendap ataupun terabsorbsi oleh adanya berbagai reaksi fisik dan kimia perairan. Contoh : logam-logam berat, pestisisda, deterjen, dll. 2. Senyawa-senyawa non konservatif, yang merupakan senyawa yang mudah terurai dan berubah bentuk di dalam suatu badan perairan. Contoh : senyawa-senyawa organik seperti karbohidrat, lemak dan protein yang mudah terlarut menjadi zat-zat anorganik oleh mikroba. Sedangkan menurut Sastrawijaya dan Tresna (1991), bila ditinjau dari sumbernya maka bahan pencemar perairan laut dapat digolongkan atas : 1. Bahan Pencemar yang bersifat kimiawi, yang terdiri dari : - Bahan pencemar yang bersifat anorganik Contoh : asam, alkali dan logam-logam berat. - Bahan pencemar yang bersifat organik Contoh : pestisida, pupuk, minyak, limbah dari pabrik makanan dan minuman. 2. Bahan pencemar yang bersifat biologis. Bahan pencemar yang bersifat biologis disebabkan oleh microorganisme tanah, sampah domestik, sampah yang berasal dari industri pengolahan makanan kaleng serta sampah dan limbah peternakan. 3. Bahan pencemar yang bersifat fisik. Sumber bahan pencemar yang bersifat fisik meliputi : erosi dan sedimentasinya, limbah cair panas dari industri listrik (PLTU/PLTD), kapal laut, pabrik tekstil atau cat yang mengubah warna perairan serta limbah organik yang telah membusuk yang menimbulkan bau. Lebih lanjut Dahuri dan Damar (1994) mengatakan bahwa sumber bahan pencemar perairan laut dapat dibagi atas dua jenis yaitu : 1. Point sources, yaitu sumber pencemaran yang dapat diketahui dengan pasti keberadaannya. Contoh : pencemar yang bersumber dari hasil buangan pabrik atau industri 2. Non point sources, yaitu sumber pencemar yang tidak dapat diketahui secara pasti keberadaannya Contoh : buangan rumah tangga, limbah pertanian, sedimentasi serta bahan pencemar lain yang sulit dilacak sumbernya. DAMPAK PENCEMARAN LAUT Laut yang mengandung berbagai jenis sumberdaya yang dapat dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan meningkatkan kesejahteraannya, banyak mengalami tekanan baik dari aktivitas manusia yang secara langsung dilakukan di laut, maupun karena aktivitas manusia di daratan. Pencemaran laut yang merupakan salah satu bentuk tekanan terhadap lingkungan laut maupun sumberdaya di dalamnya dapat menyebabkan kerugian bagi sistem alami (ekosistem) yang telah tertata sebelumnya maupun bagi manusia yang merupakan bagian dari sistem alami tersebut. Dengan kata lain, Pencemaran laut tidak hanya merusak habitat organisme laut serta proses biologi dan fisiologinya saja, tetapi secara tidak langsung dapat membahayakan kesehatan dan kehidupan manusia karena terakumulasi oleh bahan-bahan pencemar melalui konsumsi bahan pangan laut yang telah terakumulasi sebelumnya. Secara umum, dampak pencemaran laut dapat berpengaruh terhadap : 1. Organisme Laut Adanya pencemaan akan berdampak terhadap penurunan kualitas perairan, sehingga akan mengganggu berlangsungnya proses biologi maupun fisiologi organisme laut. Dan dengan demikian akan menyebabkan kematian yang pada akhirnya menurunkan populasi dan keanekaragaman hayati. 2. Terhadap ekosistem laut Masuknya sisa-sisa pupuk dan bahan pencemar organik ke laut akan menyebabkan terjadinya “eutrofikasi’’ sehingga terjadi peledakan populasi organisme tertentu. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan dalam ekosistem laut. 3. Manusia pencemaran oleh logam-logam berat seperti Hg (Merkuri) dan Cd (Kadmium), dapat menyebabkan penyakit minimata seperti kasus di Jepang yang menyebabkan kematian dan cacat tubuh. 4. Kegiatan pariwisata dan industri, Perusakan kawasan wisata bahari dan ketersedian air untuk industri dan pertanian. Berikut ini dibahas tentang dampak dari beberapa jenis bahan pencemar yang sering menyebabkan terjadinya pencemaran di laut. a. Dampak Dari Limbah Industri Dengan terdapatnya berbagai jenis kegiatan industri beserta produknya, maka limbah yang terbentukpun akan bervariasi sesuai dengan jenis industri dan bahan baku yang digunakan. Logam Pb (Timbal) dan Hg (Merkuri) yang merupakan jenis bahan pencemar di laut, selain dapat menurunkan kualitas dan produktivitas perairan laut, juga dapat menimbulkan keracunan, karena unsur Hg dan Pb merupakan unsur logam berbahaya yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia apabila terakumulasi pada organisme perairan yang dimakan manusia. Limbah industri lainnya yang umumnya terbuang ke badan sungai dan dialirkan ke laut atau yang langsung terbuang ke laut akan terakumulasi. Dalam jumlah tertentu yang melebihi kapasitas daya asimilatif perairan, bahan pencemar ini akan menjadi sludge yang menimbulkan bau busuk. Kandungan kimia sludge dapat menurunkan DO dan BOD serta meningkatkan COD. Disamping itu sludge mengeluarkan pula bahan beracun berbahaya seperti sulfida, fenol, Cr (Heksavalen), Pb(Timbal), dan Cd (Cadmium) yang dapat terakumulasi dalam organisme perairan tertentu dan secara tidak langsung merupakan acaman bagi kehidupan manusia (Suratmo, 1990). Untuk itu limbah industri harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke laut melalui badan sungai. b. Dampak Dari Limbah Domestik dan Pertanian Limbah domestik berupa limbah rumah tangga dan kotoran manusia yang terbuang ke perairan apabila melebihi kemampuan asimilasi perairan sungai dan terbawa ke laut dapat mencemari perairan dan menimbulkan penyuburan berlebihan (eutrofikasi). Gejala ini akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut akibat meledaknya populasi organisme tertentu sehingga dapat menimbulkan kematian beberapa organisme perairan. Nybakken (1992) mengemukakan bahwa pada kondisi perairan yang mengalami “eutrofikasi”, organisme makro-zoobenthos yang menjadi indikator lingkungan jarang sekali ditemukan. Sedangkan kadar NH3 perairan meningkat dan pH-nya menjadi rendah (asam). Keadaan ini menunjukan kondisi perairan yang tidak stabil dimana terjadi penurunan kualitas perairan sehingga organisme laut akan mati atau tidak dapat melangsungkan aktifitas hidupnya untuk proses pertumbuhan dan perkembangbiakan. Sedangkan limbah pertanian selain dapat menimbulkan eutropikasi yang disebabkan akumulasi bahan-bahan organik sisa tumbuhan yang membusuk, akumulasi residu dari pestisida terutama bahan kimia beracun chlorine dan organo-chlorine juga dapat menimbulkan keracunan bagi organisme perairan yang pada akhirnya akan membawa kematian. Keadaan ini tidak hanya mengancam kehidupan organisme yang hidup di habitat yang terkena kontaminasi bahan beracun saja, tetapi dapat mengancam kehidupan organisme lain yang secara ekologis mempunyai kaitan erat dengan organisme tersebut melalui aliran rantai makanan. Akibat tidak langsung dari kegiatan pertanian berupa perladangan berpindah dan penebangan hutan secara serampangan juga dapat menimbulkan pencemaran berupa sedimentasi dan pendangkalan sungai yang disebabkan oleh erosi. Proses kekeruhan dan sedimentasi ini bisa mencapai perairan estuaria dan perairan pantai. Secara ekologis proses kekeruhan karena sedimentasi dapat menyebabkan terganggunya penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan, sehingga kegiatan fotosintesa plankton maupun organisme laut lainnya menjadi terhenti. Hal ini menyebabkan kadar oksigen dalam perairan menjadi menurun diikuti oleh kematian organisme laut. Kematian organisme laut yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas perairan karena proses pembusukan pada perairan yang telah mengalami pendangkalan dan penumpukan bahan organik akan menimbulkan racun. (Johnston, 1976). c. Dampak Dari Buangan/Tumpahan Minyak. Pengaruh spesifik dari peristiwa tumpahan minyak terhadap lingkungan perairan laut dan pantai tergantung pada jumlah minyak yang tumpah, lokasi kejadian dan waktu kejadian (Neff, 1996). Buangan dan tumpahan minyak bumi akibat Kegiatan penambangan dan pengangkutannya dapat menimbulkan pencemaran laut yang lebih luas karena terbawa arus dan gelombang laut. Pengaruh buangan/tumpahan minyak terhadap ekosistem perairan laut adalah dapat menurunkan kualitas air laut secara fisik, kimia dan biologis. Secara fisik dengan adanya tumpahan/buangan minyak maka permukaan air laut akan tertutup oleh minyak. Secara kimia, karena minyak bumi tergolong senyawa aromatik hidrokarbon maka dapat bersifat racun. Sedangkan secara biologi adanya buangan atau tumpahan minyak dapat mempengaruhi kehidupan organisme laut. Tumpahan minyak bumi pada perairan laut akan membentuk lapisan filem pada permukaan laut, emulsi atau mengendap dan diabsorbsi oleh sedimen-sedimen yang berada di dasar perairan laut. Minyak yang membentuk lapisan filem pada permukaan laut akan menyebabkan terganggunya proses fotosintesa dan respirasi organisme laut. Sementara minyak yang teremulsi dalam air akan mempengaruhi epitelial insang ikan sehingga mengganggu proses respirasi. Sedangkan minyak yang terabsorbsi oleh sedimen-sedimen di dasar perairan akan akan menutupi lapisan atas sedimen tersebut sehingga akan mematikan organisme-organisme penghuni dasar laut dan juga meracuni daerah-daerah pemijahan. Akibat terganggunya proses fotosintesa maka populasi plankton akan menurun. Penurunan populasi plankton akan diikuti oleh penurunan populasi organisme pemakan plankton (misalnya : ikan) yang diikuti pula dengan penurunan populasi burung pemakan ikan. Menurunya populasi burung akan mengakibatkan guano (penghasil fosfat) akan berkurang sehingga akan terjadi penurunan hasil perikanan. Selain itu, buangan/tumpahan minyak yang menyebar dengan cepat ke wilayah laut yang lebih luas akan menyebabkan rusaknya ekosistem hutan mangrove sehingga mengakibatkan terjadinya abrasi dan intrusi air laut, rusaknya tempat-tempat pemijahan (Spawning ground) dari organisme laut, PENANGGULANGAN PENCEMARAN LAUT Untuk menanggulangi pencemaran laut dewasa ini tidaklah begitu mudah, hal ini disebabkan karena laut mempunyai jangkauan batas yang tidak nyata. Meskipun demikian ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pencemaran laut antara lain adalah dengan membuat alat pengolah limbah, penimbunan (alokasi) bahan pencemar di tempat yang aman, daur ulang limbah dan lain sebagainya. Mengingat demikian luas dan pentingnya laut dengan kandungan berbagai sumberdaya di dalamnya maka penanggulangan pencemaran laut perlu dilakukan sedini mungkin. Salah satu cara penanggulangan pencemaran di laut adalah dengan upaya pencegahan karena lebih mudah dan murah dibandingkan dengan upaya perbaikan atau rehabilitasi lingkungan laut yang telah tercemar. Agar dapat dilakukan pencegahan pencemaran laut sedini mungkin, perlu dilakukan pemantauan. Pemantauan adalah pengukuran berdasarkan waktu, atau pengulangan pengukuran, atau pengukuran berulang-ulang pada waktu-waktu tertentu. Dengan demikian, pengertian yang terkandung dalam istilah pemantauan lingkungan adalah pengulangan pengukuran pada komponen atau parameter lingkungan pada waktu-waktu tertentu (Thayib, 1993). Sedangkan Pemantauan lingkungan laut dapat diartikan sebagai pengulangan pengukuran pada komponen atau parameter lingkungan laut untuk mengetahui adanya perubahan lingkungan akibat pengaruh dari luar. Kegunaan dari pemantauan adalah : 1. Untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan mengenai suatu keadaan kritis dan masalah yang dapat memberikan masukan bagi penyusunan kebijaksanaan lingkungan di masa depan. 2. Membantu usaha pengelolaan lingkungan dengan memberikan masukan yang dapat digunakan untuk menilai berhasil atau gagalnya kegiatan atau usaha yang lalu. 3. Menguji ekfektivitas dan kebenaran ketentuan dan batasan-batasan yang ditetapkan. Pelaksanaan pemantauan lingkungan dapat meliputi segi-segi hukum, kelembagaan dan pembuatan keputusan dari masalah-masalah pencemaran lingkungan. Dengan demikian dalam pelaksanaan pemantauan lingkungan laut haruslah dimiliki suatu sistem yang dikenal dengan istilah sistem pemantauan lingkungan laut. Sistem pemantauan lingkungan laut adalah sejumlah kegiatan yang diperlukan untuk memberikan informasi pengelolaan tentang keadaan-keadaan lingkungan laut serta bahan-bahan pencemar yang terdapat di dalamnya. Pemantauan laut sering dilakukan untuk berbagai tujuan antara lain untuk menilai keadaan lingkungan laut, mendeteksi perubahan-perubahan dan menjaga pengaruh-pengaruh dari kegiatan-kegiatan khusus seperti pembuangan limbah dan sampah. Meskipun demikian, umumnya pemantauan ini dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan informasi tentang empat kategori seperti dibawah ini : 1. Kepatuhan (compliance) Untuk memastikan bahwa kegiatan-kegiatan (industri-industri dan sebagainya) benar-benar telah dilakukan sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dan persyaratan-persyaratan izin yang ditentukan. 2. Verifikasi model Yaitu untuk memeriksa berlakunya anggapan-anggapan dan ramalan-ramalan yang digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi alternatif-alternatif pengelolaan. 3. Pemantauan perubahan Yaitu untuk mengidentifikasi dan mengkuantifikasi perubahan-perubahan lingkungan laut jangka panjang yang diharapkan atau dihipotesiskan sebagai akibat yang mungkin timbul oleh kegiatan manusia. 4. Penerapan baku mutu pengendalian pencemaran laut Yaitu yang khususnya dilakukan dalam pelaksanaan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dan ANDAL (Analisis Dampak Linkungan) untuk upaya pengelolaan lingkungan Selain kegiatan pemantaun lingkungan laut tersebut di atas, ada beberapa tindakan nyata yang dapat dilakukan agar pencemaran dan kerusakan ekosistem laut dapat dicegah dan dihindari sedini mungkin. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pelarangan dan Pencegahan. Melarang dan mencegah semua kegiatan yang dapat mencemari ekosistem laut. 2. Pengendalian dan pengarahan. Meliputi teknik penangkapan biota, eksploitasi sumberdaya pasir dan batu, pengurukan dan pengerukan perairan, penanggulan pantai, pemanfaatan dan penataan ruang kawasan pesisir, konflik, dan pembuangan limbah. 3 Pelaksanaan Penyuluhan. Tentang keterbatasan sumberdaya, daya dukung, kepekaan dan kelentingan pesisisr, teknik penangkapan, budidaya dan sebagainya yang berwawasan lingkungan laut kepada pemuka masyarakat. 4. Pelaksanaan Konservasi. Meliputi konservasi pada kawasan ekosistem laut (karang, mangrove, lamun, dan rumput laut), biota, kualitas perairan dan sebagainya. 5. Pengembangan. Meliputi budidaya, penelitian, pendidikan dan pembuatan buku-buku pedoman dan Peraturan Daerah yang dijabarkan dari UU Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1992. 6. Penerapan. Meliputi penerapan peraturan-peraturan dan sanksi hukum. TUGAS : MAKALAH ANALISIS DAMPAK DAN PENANGGULANGAN PENCEMARAN LAUT MATA KULIAH : ANALISIS PENCEMARAN LINGKUNGAN PESISIR & LAUT DOSEN : Dr.Ir. TAMSIL, MS 0008 06 04 2010 MANAJEMEN PESISIR DAN TEKNOLOGI KELAUTAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2011

0 komentar