Papan Catur Dunia Kenthir
(google.com)
Malam Minggu main catur sembari minum kopi ditemani seember kuaci? Aha… Ini bentuk relaksasi urat-urat nadi khas gaya pemikir kenthir. Mojok di ujung pondok café terasa tak menohok. Menggandeng tangan kekasih menjejaki pintu bioskop tak memberi rasa cukup. ‘Pringas-pringis’ ngompasiana di depan laptop juga tak mengikis gundah di hati.
Bagi Kliwon dan Wage (para kenthir pengangguran) hanya papan catur di tengah asap mengepul bikin semuanya jadi unggul. Tak seperti biasa, untuk menandai malam minggu papan catur dimodifikasi.
“Won, hidup ini harus selalu ‘ens mobile’. Penuh inovatif. Sarat imajinatif. Kental manipulatif,” pluk… segenggam kuaci masuk mulut wage tanpa dikunyah.
“Wage… Wage… kita ini udah miskin. Buta huruf lagi. Omongan kamu bikin telinga gatel. Mending main catur atau pelototi teve item putih di warung Leginem. Sesekali melirik kemben batiknya. hmmm… damai, Ge,” wuahhhh… lidah Kliwon kepanasan tersengat kopi.
“Otakmu dasar gak waras. Lihat kemben langsung kebayang keindahan di baliknya. Dasar!!! Gini aja Won, kita main catur aja di sini saja. Aku pegang buah putih. Kamu item,” pluk… sisa linting rokok terbuang di teras luar.
Sontak Kliwon protes, “Heh. aku pegang putih duluan kenapa sih?”
“Ha. Ha. Ha. Protesmu aku suka. Tenang, Won. Karena ini model baru maka aku pegang dulu buah putih. Mainnya gini: aku gak pakai pion. Semua aku kasih ke kamu! Ayo kita mulai!” geredek… sarung Wage sedikit sobek terjepit kursi.
Mereka mulai mengadu langkah. Dalam tiga langkah Kliwon ancam menteri.
“Rela korban menteri. Dia cuma si fleeboy kenthir. Skornya jelek tapi masih merayu cewek. Yang diurusi malah iler walet.”
Langkah keempat Kliwon sikat benteng.
“Rela korban benteng. Itu kan kopral berpakaian jenderal. Di satu sisi bikin kagum, tapi di sisi dasar tetap suka main palak dan gemar jadi beking serta suka madat sampek njengking. Modelnya aja keren, tapi selalu dibantu ramuan.”
Langkah kelima Kliwon libas kuda.
“Rela korban kuda. Mau bagaimana lagi? Uang habis untuk administrasi untuk tinggalin amplop sana-sini. Luarnya dicat metalik, tapi semua senjata tunggangan gak bisa menyepak musuh. Isi dalamnya udah remuk.”
Langkah keenam Kliwon sasar Ster.
“Rela korban ster. Gerbang terakhir di bidang hukum bisa dijualnya. Gak ada yang tidak bisa dibeli. Dia tidak bisa melindungi semua komponen planet ini dengan adil.”
Langkah ketujuh Raja digulingkan Kliwon.
“Rela korban Raja. Raja pembantu yang melindungi tanpa guna. Apalagi rakyat sudah sinis dan habis kesabaran. Mana ada raja bisa bertahan.”
“Loh, dalam permainan catur versi kita, raja kan sama dengan kamu? Kamu kok senang mampus?” brak… Kliwon melempar tempat kuaci yang telah habis isi.
“Ha. Ha. Ha. Lupa kalau aku rajanya. Pinter kamu! Orang sepinter kamu kok jadi ikutan kenthir. Orang sekaya kamu kok miskin. Orang sehebat kamu kok gak PeDe. Orang seganteng lumba-lumba kok kudisan.” Wage garuk-garuk kepala. Tak ada objek untuk dijadikan sasaran lagi.
0 komentar