Tengok Mereka Dengan Naluri Kemanusiaanmu..
Penulis-Bulukumba (Pb) oleh Muhammad Armand Al-Faridzi pada 10 September 2011 jam 9:05
Kondisi Terakhir Korban Kebakaran di Ujungloe
"Pemerintah Setempat Acuh, Pihak Lain Mulai Simpati
EMPAT kepala keluarga yang menjadi korban kebakaran di Lingkungan Paranyeling Kelurahan Dannuang Ujungloe mulai putus asa akan mendapat uluran tangan pemerintah. Kini mereka berharap bantuan pihak lain.
MUHAMMAD ARMAN KS
Bulukumba
SIANG itu, Daeng Tawang, duduk sejenak melepaskan lelah sepulang dari kerja. Ditemani sebatang rokok dia menyandarkan tubuhnya pada sisa-sisa atap rumahnya yang tidak sempat dilalap si jago merah. Bersama anak dan istrinya dia terpaksa menggunakan kolong rumahnya untuk berteduh dari hujan dan terik matahari. Rangka rumahnya yang masih berdiri kini menjadi tempat satu-satunya untuk bertahan hidup. Dengan penutup ala kadarnya dia mencoba tabah sambil berharap suatu saat bisa kembali memiliki rumah. Kondisi serupa juga dialami Saleng, Amir dan Budiman. Empat kepala keluarga ini secara bersamaan rumahnya hangus terpakar sejak tiga pekan lalu.
Harapan memdapat bantuan dari pemerintah setempat tak kunjung datang. Sempat mendapat kabar akan datang bantuan tenda darurat pun tak kunjung terwujud. Beruntung beberapa warga mau menyisihkan rejekinya untuk mereka. Sekadar untuk pasokan sembako, atau barang-barang kebutuhan rumah tangga seperti pakaian, alas tidur, dan alat dapur. Beberapa anggota DPRD Bulukumba juga sudah memberikan bantuan seperti mie instan dan pakaian.
Kemarin, Jumat 9 September wajah mereka kembali sumringah. Kedatangan anggota DPRD Sulsel, Andi Mariattang ternyata memberi harapan baru. Selain mendapatkan bantuan bahan makanan dan pakaian secara pribadi, juga dijanjikan akan diperjuangkan untuk diusulkan agar ada dana bedah rumah bagi mereka. Kedatangan politisi dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini pun disambut dengan suka cita. Empat kepala keluarga langsung mendekati rombongan Mariattang begitu tahu akan mendapatkan bantuan. Hanya Amir yang diwakili istrinya Irma.
Empat paket bantuan dengan berbagai macam pun diberikan kepada mereka secara adil. Begitu menerima, tampak jelas dari rawut wajahnya sebuah harapan akan datang bantuan demi bantuan. Mereka pun bergantian memanggil keluarga mereka untuk membawa bantuan mereka masing-masing. Suasana menjadi haru saat Andi Mariattang mendekati mereka dan meminta bersabar dengan cobaan yang dia hadapi ini. "Insya Allah saya akan mencoba mencari cara untuk membantu lagi," begitu dia berbisik kepada Irma.
Irma pun tampaknya menyimak dengan sangat baik ucapan Mariattang ini. Terbersit semangat dan harapan akan kembali mendapat bantuan. Utamanya untuk membangun kembali rumahnya yang tinggal puing-puing. Ucapan itu seperti menjadi pelecut semangat untuk semakin tabah. Apalagi, setelah beberapa lama tidak mendapat perhatian pemerintah setempat, Irma dan korban lainnya sudah mulai putus asa. Mereka tidak tahu kapan bisa membangun rumahnya lagi. "Amin, terima kasi bu," ucap Irma perlahan.
Usai menerima bantuan sebelum beranjak dia mengutarakan harapan dan kekecewaannya kepada pemerintah. Awalnya dia menaruh harapan setelah kerugiannya didata akan mendapatkan bantuan. Tetapi ternyata itu hanya sekadar untuk mengumpulkan informasi. Bantuan yang mereka terima hanya dari kerelaan hati masyarakat setempat dan pihak lain dari luar yang menaruh rasa simpati. Bahkan dengan terpaksa dia mengatakan kalau sungguh terbatas hidupnya saat ini. "Kami mau apalagi, kita hanya berdoa, semoga cepat ada rejeki," harapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Disnakertrans) Bulukumba, Jalaluddin Halim dengan enteng mengatakan bahwa pihaknya tidak bisa berbuat apa-apa. Alasan tidak ada dana yang tersedia menjadi senjata pamungkas jika didesak memberikan perhatian. Malah dia dengan santai mengatakan hanya bisa mengatakan turut prihatin dengan kondisi korban saat ini. Soal bantuan, dia tidak bisa memastikan sama sekali. Termasuk usaha untuk membantu mereka tidak ada yang bisa dia pastikan.
"Kita mau ambilkan uang dari mana. Soal keinginan untuk membatu, kami mau. Tapi kami tidak punya daya. Mereka ini kan butuh bantuan materia seperti pakaian, makanan, dan uang untuk pembangunan rumahnya. Nah bagaimana itu bisa dipenuhi kalau tidak ada anggarannya. Kita memang prihatin tapi mau diapa. Tolong ini dipahami juga," ucapnya. (*)
0 komentar